DesaBalun adalah salah satu desa tua yang ada di kabupaten Lamongan yang masih memelihara budaya-budaya terdahulunya. Di samping itu keanekaragaman agama semakin memperkaya budaya desa Balun dan yang menjadi ciri khas adalah interaksi sosial di antara warganya yang multi agama (Islam, Kristen, Hindu). Sejak masuknya Hindu dan Kristen tahun
Tidakhanya itu, di Lamongan juga terdapat desa dengan memiliki 3 agama ialah desa Balun, kecamatan Turi, Lamongan. Desa ini memiliki 3 agama yaitu kristen, hindu, dan islam. Mayoritas masyarakatnya memeluk agama islam. Tempat ibadah 3 agama di desa Balun itu berdekatan antar satu dengan lainnya.
DesaBalun layak menyandang sebagai Desa Wisata Religi. Karena sudah memiliki embrio, kebudayaan dan kesenian yang bisa menarik wisatawan Minggu, 21 November 2021
DesaBalun Kecamatan Turi dikenal sebagai desa "Pancasila" karena disana terdapat potret kerukunan toleransi dalam keberagaman, termasuk tempat ibadah yang s
Desawisata yang dikembangkan oleh BUMDes Bleberan sejak tahun 2012 mampu meraup omzet sekitar Rp 1.2 milyar per tahun. Dari omzet tersebut, BUMDes memperoleh pendapatan bersih sekitar 361 juta, dimana 20 persen dikontribusikan sebagai PADes Desa Bleberan yang dimanfaatkan lebih luas untuk pembangunan desa dan pelayanan masyarakat.
Kaisarberjumpa Celosia di Thailand kemudian membawa keindahannya di Taman Bunga Celosia di Gampong Alue Piet, Kecamatan Panga, Aceh Jaya, Selasa 8 Januari 2019. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan) "Kita lihat daerah sendiri haus akan liburan, jarang ada taman rekreasi keluarga, jadi apa salahnya saya ingin membangun," kata Kaisar.
yE6InX. LAMONGAN, - Setiap 1 Juni diperingati warga di seluruh Indonesia sebagai Hari Lahir Pancasila. Beberapa tahun masyarakat mengenal Desa Balun di Kecamatan Turi, Lamongan, dengan julukan 'Desa Pancasila'. Julukan yang disematkan bukan secara tiba-tiba, melainkan atas Kebinekaan dan toleransi beragama yang terjaga dengan baik di desa juga Terima Dosis Vaksin PMK, Pemkab Lamongan Prioritaskan untuk Sapi Potong Desa Balun terletak tidak jauh dari poros Jalur Pantura Lamongan atau sekitar 1 kilometer dari Jalan Raya Surabaya-Tuban. Desa tersebut dihuni oleh warga dengan penganut agama Islam, Kristen dan Hindu, yang telah hidup berdampingan secara rukun dan damai. Kerukunan kehidupan umat beragama ini, sudah berlangsung setengah abad lebih. Bahkan, keharmonisan umat beragama yang terjadi di Desa Balun tergambar dari letak tempat ibadah umat Islam, Kristen dan Hindu, yang berada dalam area tidak jauh dari lapangan, atau sekitar 200 meter dari balai desa masjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan, dan juga Pura Sweta Maha Suci. Baca juga Finis di Posisi Ke-10, Ananda Rigi, Pebalap Asal Lamongan, Penuhi Target di MXGP Samota ARFAH Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. *** Local Caption *** Masjid Miftahul Huda yang terletak berdampingan dengan Pura Sweta Maha Suci di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur. Masjid Miftahul Huda yang biasa digunakan warga muslim di Balun, terdapat di sebelah barat lapangan. Hanya terpisah oleh jalan lingkungan selebar empat meter, berdiri Pura Sweta Maha Suci yang merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu desa setempat. Sementara bangunan gereja bagi tempat ibadah warga Kristen, terletak berhadapan dengan masjid Miftahul Huda, sekitar 70 meter menghadap ke arah barat. Baca juga Besok Pilkades Serentak 61 Desa di Lamongan, Polisi Siapkan Tim Khusus Tindak Pengacau
TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Penerapan konsep tangguh guna menekan penyebaran Covid-19 di Kabupaten Lamongan terus diperluas. Setelah menyasar sektor pendidikan, industri hingga perkampungan, hari ini tiga tempat peribadatan di Desa Balun diresmikan sebagai tempat ibadah tangguh, Rabu 12/8/2020. Ketiga tempat peribadatan di Desa Balun yang diresmikan sebagai tempat ibadah tangguh adalah Masjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan GKJW Jemaat Lamongan Wilayah Balun dan Pura Sweta Maha Menurut Fadeli, Desa Balun memiliki keunikan tersendiri, lantaran terdapat Pura, Masjid dan Gereja yang saling berdampingan dalam satu lokasi. "Masyarakatnya juga hidup dengan rukun dan damai. Desa ini menjadi simbol negara, ketuhanan yang maha esa, negara pancasila, dari berbagai agama tapi masyaratknya bisa menjadi satu," kata Fadeli, usai peresmian tempat ibadah tangguh. Menurut Fadeli, kerukunan antar umat beragama di desa yang juga disebut Desa Pancasila tersebut dapat menjadi contoh kerukunan di desa-desa dan tempat lain di Indonesia. "Kita tularkan perdamaian seperti ini di desa-desa yang lain, di tempat-tempat yang lain, karena persatuan dan kesatuan, kegotong royongan seperti di Desa Balun ini sangat diperlukan," ucapnya. Fadeli pun berharap kekompakan masyarakat Desa Balun tidak hanya terjadi dalam kehidupan beragama, namun juga dapat bersatu dalam melaksanakan upaya penanggulangan Covid-19. "Kalau kita berbicara tangguh Covid-19, harus jaga jarak, maskernya harus dipakai, harus ada tempat cuci tangan. Jadi mari kita bersama-sama mematuhi protokol kesehatan, baik saat beraktifitas maupun saat beribadah," tutur Fadeli. Dalam peresmian tiga tempat ibadah tangguh di Desa Balun tersebut, Fadeli juga menyampaikan bahwa tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Lamongan telah lebih dari 70 persen. "Sampai hari ini total 343 orang yang terkonfirmasi positif, yang sembuh 247 orang, sudah lebih dari 70 persen. Ini menurut saya berkat kerja keras kita semua, masryarakat Lamongan. Jadi mari kita tingkatkan kedisiplinan kita dalam menerapkan protokol kesehatan," kata Fadeli. Pada kesempatan tersebut, Fadeli bersama Kapolres Lamongan, AKBP Harun, Dandim 0812 Lamongan yang diwakili Kasdim Mayor Arh GN Putu Ardana beserta jajaran Forkopimda lainnya juga menyerahkan bantuan masker, wastafel, thermogun dan alat semprot kepada ketiga tempat ibadah tangguh di Desa Balun. *** Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Desa Balun terletak di Kecamatan Turi, Lamogan, Jawa Timur. Sekitar dua kilometer dari pusat Kota Lamongan. Desa ini mendapat julukan "Desa Pancasila", karena di sini hidup rukun tiga agama yaitu Islam, Kristen, dan Hindu selama puluhan tahun. Tempat ibadahnya saling berdekatan satu dengan Singkat Desa BalunAsal mula Desa Balun berasal dari keberadaan seorang tokoh atau sesepuh yang bernama Mbah Alun. Beliau adalah seorang cendikiawan muslim yang dikenal sebagai Sunan Tawang Alun I atau Mbah Sin Arih. Konon adalah Raja Blambangan bernama Bedande Sakte Bhreau Arih yang bergelar Raja Tawang Alun I yang lahir di Lumajang tahun 1574 dan wafat sekitar tahun 1654 Masehi. Dia merupakan anak dari Minak Lumpat yang menurut buku babat sembar adalah keturunan Lembu Miruda dari Majapahit Brawijaya. Mbah Alun belajar mengaji di bawah asuhan Sunan Giri IV Sunan Prapen. Beliau merupakan orang yang ditugaskan para Wali untuk menyebarkan Agama Islam di kawasan yang saat ini dinamakan Desa Balun, Lamogan dan sekitarnya. Mbah Alun sendiri dikenal sebagai sosok yang cerdas dan memiliki pengetahuan tinggi tentang agama. Selain itu ia merupakan orang yang terkenal memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap sesama manusia, budaya, agama, dan perbedaan lainnya. Oleh sebab itu namanya diabadikan sebagai Desa Balun yang kemudian dikenal saat ini. Asal Muasal Desa PancasilaSekitar tahun 1967, masuknya paham agama Kristen dan Hindu tidak bisa dilepaskan dari peristiwa pemberontakan G 30S PKI. Berawal dari pembersihan orang-orang yang terindikasi dan terlibat PKI sehinga terjadi kekosongan perangkat desa pada saat itu. Pak Batih merupakan prajurit yang ditunjuk menjadi pejabat sementara di Desa Balun. Beliau adalah tokoh sentral penyebaran Agama Kristen di desa ini. Selain itu di waktu yang bersamaan, juga masuk pembawa ajaran agama Hindu yang datang dari desa sebelah yaitu Plosowayuh. Adapun tokoh sesepuh Hindu adalah bapak Tahardono kedua ajaran agama ini tidak sama sekali menimbulkan gejolak sosial di masyarakat. Hal itu disebabkan kondisi sosial di Desa Balun yang unik dan tingkat toleransi masyarakat yang tinggi. Setiap perpindahan keyakinan sangat lumrah terjadi. Orang yang berpindah keyakinan biasanya tanpa paksaan dan lebih kepada ketertarikan masing-masing individu, atas ajaran tersebut. Karena kedewasaan itu, sendi-sendi kehidupan di sana sangat selaras, rukun dan harmonis, sehingga desa ini dijuluki Desa Desa Balun Secara umum, sekitar 75% masyarakat yang ada di Desa Balun adalah pemeluk agama Islam, 18% agama Kristen dan 7% agama Hindu. Selain tempat ibadah yang berdekatan, hal menarik yang patut diteladani yaitu kerukunannya. Ketika umat muslim sedang melaksanakan peribadatan dan perayaan hari besar, para remaja Kristen dan remaja Hindu membantu pengamanan ibadah, biasanya menjaga motor atau mobil yang terparkir di halaman Masjid. Begitupun sebaliknya, ketika umat Kristen dan Hindu sedang merayakan peribadatan atau perayaan hari besarnya, umat Islam hanya membunyikan speaker dalam untuk pengajian terkecuali adzan dan menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar. Setiap program atau kebijakan yang dicanangkan oleh Kepala Desa dilaksanakan dengan bergotong-royong tanpa memandang keyakinan satu sama lain. Kolaborasi menjadi semangat penting pembangunan di desa ini. Tercatat sangat minim sekali konflik yang terjadi antar umat beragama di Desa penuturan dari Bapak Khusyairi selaku Kepala Desa Balun saat ini, "Konflik yang terjadi di desa ini hanya pada ranah media sosial, misalnya Facebook. Beberapa kali terjadi hal sepeti itu, tetapi kami punya formulasi jitu untuk mengatasinya. Setiap ada ketegangan yang terjadi di media sosial, biasanya antar remaja tentu saja kami langsung memanggil orang-orang yang bersitegang untuk berdialog mengundang pemuka agama dan orang tua dari masing-masing orang tersebut, dan alhamdulillah sampai saat ini semuanya bisa terselesaikan dengan baik."Setiap bulannya di desa ini juga rutin diadakan ngopi bareng pemuka agama, baik Islam, Kristen dan Hindu. Upaya ini dilakukan semata-mata untuk mempererat hubungan antar umat beragama. Selain membicarakan tentang kondisi masyarakat Balun, para pemuka agama ini juga sering berkelakar sambil diskusi tentang kondisi perpolitikan yang menghangat akibat isu SARA yang belakangan ini menjadi polemik di berbagai media nasional. Program ngopi bareng ini terbukti ampuh, menjadi sarana perekat persatuan dan kecintaan mereka terhadap negeri. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
Lamongan - Sejak lama Desa Balun di Lamongan dikenal sebagai Desa Pancasila karena keragaman pemeluk agama yang hidup berdampingan secara damai. Kini desa tersebut dinobatkan sebagai desa wisata religi. Kepala Desa Balun Khusyairi mengatakan, pada dasarnya Desa Balun sudah memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Jadi ketika dikelola dengan benar akan semakin memberi dampak yang baik pula pada masyarakat."Desa Balun sangat layak diresmikan sebagai Desa Wisata Religi. Karena sudah memiliki embrio, kebudayaan dan kesenian yang bisa menarik wisatawan," kata Kusyairi saat peresmian Desa Balun sebagai desa wisata religi, Sabtu 27/4/2019. Menurut Kusyairi, Desa Balun selama ini mendapat julukan desa Pancasila karena kemajemukan warganya. Di Desa Balun, meski berbeda keyakinan keagamaan tetapi bisa hidup menambahkan, di Desa Balun hidup berdampingan 3 pemeluk agama. Yaitu Islam, Kristen dan Hindu."Hidup rukun dan damainya 3 pemeluk agama di desa kami ini semoga bisa menjadi nilai jual dalam menarik minat wisatawan untuk datang ke Desa Balun sambil melakukan penelitian," imbuhnya. Selain rukunnya 3 pemeluk agama, lanjut Kusyairi, potensi wisata lainnya yakni budaya. Kusyairi berharap, budaya atau potensi yang dimiliki Desa Balun akan dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan."Kami juga punya agenda tahunan semacam pawai Ogoh-ogoh yang banyak dikunjungi masyarakat dari luar Kota Lamongan. Kami juga punya kesenian karawitan dan banyak budaya lain yang bisa kita gali," tutur Kusyairi yang berjanji akan mengemasnya dengan baik untuk meningkatkan APBDes. Bupati Lamongan Fadeli menyampaikan, penobatan Desa Balun sebagai desa wisata religi ini dirasa tepat. Pasalnya, selama ini Desa Balun sudah dikenal menjadi salah satu ikon Lamongan yang sudah sampai ke tingkat nasional dan mendunia."Inilah yang menjadi ikon-nya Lamongan, salah satunya di Desa Balun ini yang memang perlu terus kita angkat. Dengan harapan potensi yang kita kembangkan ini bisa menjadi ikon atau kekuatan yang ada di desa ini menjadi inspirasi di desa-desa lain. Ikon-nya Lamongan terus bertambah lagi, desa-desa wisata bertambah lagi, menginspirasi desa-desa yang lain," kata Bupati Lamongan, Fadeli saat peresmian Desa Balun sebagai desa wisata menambahkan, mereka sengaja me-launching desa wisata religi untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan ketenaran Balun sebagai desa wisata dan Desa Pancasila. Ia berharap peresmian ini akan mendorong banyak desa di Lamongan untuk semakin sadar dalam mengembangkan potensi desa."Kita tunjukkan Desa Balun ini menjadi ikon-nya agama-agama dan kebersamaannya. Kita bayangkan, di sini ada masjid, di depannya ada gereja, di sebelahnya ada pura. Tapi bisa hidup berdampingan, guyup, rukun, bahkan lebih rukun daripada di tempat lain," imbuh Desa Balun sebagai desa wisata religi di Lamongan merupakan hasil inisiasi dari para mahasiswa Universitas Bhayangkara Ubara yang sedang menjalani KKN Tematik di desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Turi itu. Peresmian tersebut, kata Rektor Universitas Bhayangkara Brigjen Pol purn Edy Prawoto, tidak hanya mengembangkan budaya dan tradisi di Desa Balun tetapi menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat."Saat ini mungkin aspek budayanya lebih dulu, tapi nanti akan berkaitan dengan aspek ekonomi. Yang mana aspek ekonomi akan menjadi daya jungkit desa ini yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat," ujar Edy. Peresmian Desa Balun sebagai desa wisata dimeriahkan berbagai kesenian daerah yang digali dari kearifan lokal. Sejumlah kesenian daerah tersebut di antaranya Tari Jejer dan Tari Gambyong. Acara ini juga dihadiri Sekkab Lamongan Yuhronur Efendi, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Ismunawan serta sejumlah Kepala OPD dan ditutup dengan doa bersama tiga tokoh agama di Desa Balun. sun/bdh
Agama memiliki pengaruh besar terhadap budaya di Indonesia. Tengok saja Bali dengan ukiran-ukiran dewa Hindu, ataupun Suku Jawa yang kental akan nuansa Islam berkat Wali Songo. Keberagaman ini menjadi salah satu inspirasi bagi Desa Balun Lamongan untuk hidup berdampingan satu sama lain. Sebelum menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisatamu, yuk simak artikel di bawah ini! Terkenal dengan Sebutan Desa Pancasila Senja di Desa Balun via instagram/aryo_sattriaDesa Balun merupakan satu kawasan pemukiman, di mana warganya tinggal berdampingan walau berbeda agama. Keberagaman ini membuat sebagian orang menjulukinya sebagai Desa Pancasila. Jika ingin berkunjung, kamu bisa langsung menuju ke Kecamatan Turi, sekitar 4 kilometer dari Lamongan. Desa Balun via Royong dan Tenggang Rasa dalam Perayaan Keagamaan Gotong Royong antar warga via instagram/dhany_aristyaDesa ini juga memiliki berbagai kegiatan perayaan agama. Uniknya, aktivitas ini dilaksanakan oleh berbagai elemen tanpa memandang latar belakang mereka. Kamu bakal kesulitan menebak keyakinan seseorang sebab semuanya berpartisipasi dalam berbagai kegiatan agama, walau hanya terbatas di penyeleggaraannya saja. Untuk ibadahnya dilakukan sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Kegiatan warga via Religi yang Seru dan Menarik Salah satu Ogoh-ogoh dalam festival via instagram/arif_jt003Salah satu kegiatan yang menjadi daya tarik wisatawan adalah Festival Ogoh-ogoh. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai rangkaian dalam perayaan Hari Raya Nyepi. Tak hanya itu, agenda keagamaan lain seperti Natal dan Idul Fitri juga ramai dikunjungi. Toleransi terhadap keberagaman menjadi hal yang patut untuk disaksikan secara langsung di sini. Malam takbiran di Desa Balun via instagram/azifaamTempat Ibadah yang Terletak Berdampingan Masjid Miftahul Huda via instagram/atuuusKeunikan lain yang bisa kamu temui di Desa Balun adalah letak tempat ibadah yang berdekatan. Meskipun begitu, kegiatan agamanya tidak saling mengganggu meskipun menggunakan pengeras suara. Rencananya, di tengah-tengahnya akan dibangun alun-alun dan akan menjadi ikon wisata bagi kawasan ini. Kegiatan keagamaan di Pura via instagram/insta_lamonganLiburan di Desa Balun bisa membuat kita paham dengan nilai toleransi antar agama. Tentu saja kawasan ini bisa menjadi tujuan saat berlibur di Lamongan. Jadi tunggu apa lagi? Yuk berangkat! Advertisement Tags Indonesia Jawa Timur Lamongan
apa pesona pembangunan tempat ibadah di desa balun lamongan